Apakah Sekolah semacam ini yang saya dambakan untuk anak saya?
Diakui atau tidak banyak orang tua menganggap sekolah
sebagai ajang lomba, semacam olimpiade, yang akan menghasilkan
pemenang medali emas, perak dan perunggu, sehingga untuk itu
penting sekali anak mengalahkan yang lain.
Pada sisi lain, sekolah juga sering mengambil posisi sebagai entertainer yang perlu
memenuhi ekspektasi orang tua tersebut, maka dalam banyak contoh, sekolah berusaha
memberi pelajaran yang lebih dari apa yang digariskan kurikulum yang dipakai, latihan
dan PR yang ekstra keras setiap hari, memberi jumlah mata pelajaran dan jam belajar
yang lebih padat dari pada panduan kurikulum, serta berbagai suplemen lain yang bisa
menunjukan keunggulan sekolah ybs, bahkan sering pelajaran ekstra kurikuler-pun
dijadikan kegiatan wajib intra sekolah, sehingga jadwal siswa sangat padat.
Di Sekolah Citra Kasih, kami menolak pendekatan itu, kami percaya bahwa
anak-anak adalah jiwa-jiwa muda yang perlu dibentuk dan dipoles dengan hati-hati sebagai
subjek didik, artinya keseimbangan dan harmoni dalam pertumbuhan inteligensi minat dan
emosi serta moralitas mereka perlu menjadi bahan pertimbangan utama dalam proses pembelajaran.
Target belajar bulan lagi pemenuhan dan pencapaian isi dan tuntutan kurikulum, tetapi justru
pencapaian kemampuan anak didik (student achievement) beserta keseimbangan perkembangan mentalnya.
Hal yang terpenting dalam kegiatan kelas bukan lagi proses mengajar (teaching) melainkan proses pembelajaran (learning), dan guru bulan lagi penguasa di kelas, tetapi lebih menjadi fasilitator
yang mengakomodasi berbagai kebutuhan anak didik dalam mencapai target penguasaan keterampilannya.
Kami menyakini bahwa kepala anak bukanlah seumpana sebuah gelas kosong yang siap diisi dengan
kucuran pengetahuan lewat inderanya pada saat mereka diajar guru, tetapi mereka justru perlu diberi
motivasi dan minat untuk menggali dan mengeksplorasi minat dan keterampilan mereka, baru setelah itu
pengetahuan dan informasi akan terekam dalam memorinya dengan lebih terstruktur. Keberhasilan
anak bukan lagi diukur dengan ujian dan ulangan periodik yang mengetes pengingatan materi semata,
tetapi melalui pengkajian berkelanjutan selama proses pembelajaran, termasuk juga observasi guru atas
sikap, kreasi dan proses belajar mereka. inilah yang pada dasarnya menjadi sasaran penerapan
Kurikulum Nasional 2004 atau KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang kami acu.